Rabu, 20 Februari 2013

hiv aids di indonesia


Biasanya kasus HIV/Aids banyak dialami oleh orang dengan perilaku berisiko -seperti pengguna narkoba suntik dan hubungan seks tidak aman- namun ada kecenderungan peningkatan pengidap di kalangan ibu rumah tangga.
Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, mengatakan peningkatan kasus di kelompok yang perilaku tidak berisiko karena dampak dari perilaku yang tidak aman oleh laki-laki.
"Dari perempuan yang dilaporkan HIV positif, lebih banyak ibu rumah tangga dibandingkan PSK. Mereka ini mereka korban karena tidak perilaku berisiko dan tidak menggunakan narkoba tapi tertular dari suaminya," tutur Nafsiah kepada wartawan BBC Indonesia, Sri Lestari.
Adapun jumlah pengidap HIV/AIDS -yang sering disebut dengan istilah ODHA atau orang dengan HIV/Aids- di Indonesia mencapai 120.000 orang sejak 1997 sampai September 2012.
"

Namun diperkirakan jumlah kasus yang sebenarnya lebih tinggi dari data yang dimiliki oleh Kementerian kesehatan.
Dari total pengidap HIV/Aids, maka jumlah perempuan yang terinfeksi HIV mencapai sekitar 35%.

Kemungkinan tertular

Seorang ibu yang positif HIV/Aids kemungkinan bisa menularkanke bayinya dan Nafsiah Mboi mengatakan jumlah bayi yang tertular HIGV juga meningkat.
"Dari ibu ini bisa menularkan kepada bayinya, sehingga ada upaya yang leih intensif untuk perlindungan perempuan dan anak-anak."
Nafsiah menambahkan bahwa kondisi seperti itu terjadi karena masih adanya ketidakadilan gender.
"Kita ingin menarik perhatian bahwa kuncinya ada di tangan laki-laki. Kalau laki-laki itu punya pilihan, memakai uangnya untuk beli penyakit atau beli gizi anaknya."
"Kunci pencegahannya di tangan laki-laki yang berperilaku berisiko, naik lewat kegiatan seksual atau narkoba. Dan yang kedua, bagi mereka yang sudah terinfeksi maka harus terbuka," jelas mantan sekretaris Komisi Penanggulangan Aids.

Salah satu cara yang cukup sederhana untuk melindungi perempuan terhadap penularan HIV yang bersumber dari suaminya adalah dengan penggunaan kondom.
Bulan Juni, Nafsiah Mboi mengatakan bahwa tanpa program terobosan seperti pembagian kondom maka Kliksekitar 1,8 juta rakyat IndonesiaKlikterancam terinfeksi Aids pada 2025.
Rully, yang merupakan ODHA- yang ditemui BBC Indonesia di Klinik Methadone Puskesmas di Gambir, Jakarta Pusat, sedang berkonsultasi karena ingin memilik anak namun tak ingin menularkan HIV kepada istrinya.
"Istri saya negatif, dan saya selalu pakai kondom jika berhubungan. Ya saya sayang kepada istri dan tidak mau dia tertular, tapi saya ingin punya anak untuk meneruskan keturunan," kata penjual tukang koran dan majalah ini.
"Saya ingin anak saya dan istri tidak tertular, makanya saya berkonsultasi bagaimana caranya memiilki anak yang sehat," tambah dia.

Upaya pencegahan

Siang Jumat 30 November, di ruang tunggu Klinik Methadone di Puskesmas Gambir terlihat tiga anak sedang bermain.
"
Mereka merupakan anak dari pasangan pengidap HIV/Aids namun ketiganya tidak tertular karena orangtuanya menjalani upaya pencegahan dengan persalinan yang aman.
"Saya ketahuannya pas hamil delapan bulan, tertular dari jarum suntik. Lalu ditangani dokter di sini agar tidak menular ke anak," jelas Marlina, ibu dari seorang putri yang berusia tiga tahun.
Sementara Apriana -ibu dari anak berusia satu tahun- mengatakan ingin menjalani persalinan melalui operasi caesar untuk mencegah penularan ke bayi di salah satu rumah sakit milik pemerintah.
Menurut Koordinator Harm Reduction di Puskesmas Gambir, dr I Gede Subagia, penularan HIV dari ibu ke bayi bisa terjadi sejak masa kehamilan.
"Berbagai upaya pencegahan adalah salah satunya pemberian ARV kepada ibu hamil yang positif dan melakukan persalinan yang aman dengan operasi dan tidak menyusui bayi," jelas dr. Gede.
Bagaimanapun Gede menambahkan masih ada kemungkinan terjadinya penularan virus dari ibu ke bayi dengan tingkat 5% walau risiko penularan jauh lebih besar jika tidak diikuti dengan upaya pencegahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar